BERBAHASA SECARA KOMUNIKATIF DAN SANTUN
BERBAHASA SECARA KOMUNIKATIF DAN SANTUN
RESUME
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia
Semester 3
Dosen Pembimbing :
M. Bayu Firmansyah M.Pd
Disusun
Oleh :
APRILLIA
CAESAR A.L (17188201050)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
STKIP PGRI
PASURUAN
2018 –
2019
A. PENGGUNAAN BAHASA : Berbahasa
secara komunikatif adalah cara penggunaan bahsa berdasarkan fungsi-fungsi
komunikasi bahasa dengan memperhatikan konteks pemakaiannya. Oleh karena itu,
jika seorang guru mengajarkan berbahasa kepada pembelajar hendaknya tidak hanya
berhenti pada mengajarkan rangkaian bunyi menjadi kata, kata menjadi kalimat,
kalimat menjadi paragraf dan seterusnya. Namun, juga harus mengajarkan konteks
pemakaian bahasa yang menyertai tuturan bahasa.
B. KEGIATAN BERKOMUNIKASI : Seorang
pendengar atau pembaca selalu mengharapkan pemakaian bahasa si penutur atau
penulis menggunakan bahasa yang efektif. Bahasa yang efektif maksudnya bahasa
yang mudah dipahami maknanya bagi pendengar atau pembaca. Agar komunikasi dapat
berjalan lancar, masing-masing orang akan berusaha dengan strateginya
sendiri-sendiri dalam menyampaikan sebuah informasi.
C. FUNGSI KOMUNIKATIF : Fungsi
Komunikatif bahasa adalah bagaimana cara bahasa itu digunakan untuk
berkomunikasi. Pranowo (1988) mengidentifikasi ada 11 fungsi komunikatif,
diantaranya adalah : Fungsi Informatif guna menyampaikan
informasi kepada pendengar/pembaca, Fungsi Transaksional untuk mengadakan
hubungan antara seseorang dengan orang lain, Fungsi Interaksional
untuk saling berhubungan satu sama lain dakam segala keperluan, Fungsi
Komosif untuk menyatakan kesanggupan atau ketidaksanggupan mengenai
sesuatu dengan orang lain, Fungsi Direktif untuk mengajukan
saran, membujuk dsb, Fungsi Konatif untuk mencairkan
pembicaraan antara penutur dengan mitra tutur, Fungsi Ekspresif untuk
mengungkapkan perasaan, suasana hati, masalah pribadi, Fungsi Regulatory untuk
mengontrol suatu peristiwa, Fungsi Heuristik untuk mengenal
lingkungan seperi anak kecil mengenal sesuatu yang belum dikenal sebelumya, Fungsi
Instrumental untuk memanipulasi lingkungan sehingga terjadi suatu
peristiwa, dan Fungsi Imajinatif untuk menciptakan ide-ide yang bersifat
imajiner dan mengandung keindahan.
D. FAKTOR PENENTU KESANTUNAN : Adalah
segala hal yang dapat mempengaruhi pemakaian bahasa menjadi santun atau tidak
santun. Aspek penentu kesantunan dalam bahsa verbal lisan anatar lain : aspek
intonasi, aspek nada bicara, faktor pilihan kata, dan faktor struktur kalimat.
E. FAKTOR YANG MENGGAGALKAN KOMUNIKASI, antara
lain : a) Mitra tutur tidak memiliki informasi lama sebagai dasar memahami informasi
baru yang disampaikan penutur, b) Mitra tutur tidak tertarik dengan isi
informasi yang disampaikan penutur, c) Mitra tutur tidak berkenaan dengan cara menyampaikan
informasi penutur, d) apa yang diinginkan memang tidak ada atau tidak dimiliki
oleh mitra tutur, e) Mitra tutur tidak memahami apa yang dimaksud oleh penutur,
f) jika menjawab pertanyaan, mitra tutur justru melanggar kode etik.
F. FAKTOR KEBAHASAAN SEBAGAI PENANDA
KESANTUNAN
Faktor
yang menentukan santun tidaknya pemakaian bahasa ditentukan ditentukan oleh 2 hal
yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan. Faktor kebahasaan adalah
segala unsur yang berkaitan dengan masalah bahasa, baik bahasa verba maupun
bahasa non verbal. Faktor kebahasaan verbal yang dapat menentukan kesantunan meliputi
: pemakaian diksi, pemakaian gaya bahasa, peribahasa, dan perumpamaan.
Perilaku
santun juga dapat didukung oleh bahasa non verbal seperti : a) memperlihatkan
wajah ceria, b) selalu tampil dengan tersenyum ketika berbicara, c) sikap menunduk
ketika berbicara dengan mitra tutur, d) posisi tangan yang selalu merapat pada
tubuh. Pemakaian bahasa seperti itu akan dapat menimbulkan “aura santun” terutama dalam bahasa
lisan.
G. PRINSIP KESANTUNAN DAN PRINSIP KERJA SAMA
DALAM BERKOMUNIKASI
Penelitian
Bown dan Levinson (1978) membuktikan bahwa kesantunan berkaitan dengan nosi “wajah
negatif” dan “wajah positif”. Wajah negatif akan muncul ketika pendengar merasa
“kehilangan muka” ketika mendengar tuturan, pembicara dapat merasa “terhina” atau
“kehilangan harga diri”. Sedangkan “wajah positif” merupakan dambaan setiap
orang yang terlibat dalam komunikasi. Dua penneliti ini membuktikan bahwa
setiap orang ingin agar apa yang dilakukan, apa yang dimiliki, nilai-nilai yang
diyakini dihargai oleh orang lain sebagai sesuatu yang baik, menyenangkan,
patut dihargai dsb. Artinya, kesantunan selalu berkaitan dengan kepentingan
pihak pendengar dalam tuturan.
H. NILAI
BUDAYA SEBAGAI PPENDUKUNG KESANTUNAN : Sikap bisa mendukung kesantunan
berbahasa seperti tenggang rasa, rasa malu, menjaga perasaan, rasa hormat, rukun,
mau mengalah. Semua itu merupakan nilai yang mampu mendukung kesantunan berbahasa
seseorang.
Komentar
Posting Komentar