Validitas Alat Ukur Dalam Asesmen Bahasa

Validitas Alat Ukur Dalam Asesmen Bahasa



Resume
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia



Semester 6




Dosen Pembimbing
M. Bayu Firmansyah M.Pd




Disusun Oleh :
Aprillia Caesar A.L (17188201050)



Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Pedagogi dan Psikologi
UNIVERSITASS PGRI WIRANEGARA
2020-2021


Validitas merupakan suatu keadaan apabila suatu instrumen evaluasi dapat mengukur apa yang sebenarnya harus diukur secara tepat. Suatu alat ukur hasil belajar Bahasa Indonesia dikatakan valid apabila alat ukur tersebut benar-benar mengukur hasil belajar Bahasa Indonesia. Terdapat pula jenis-jenis validitas, yakni :
      1.      Validitas Isi adalah ketepatan suatu alat ukur ditinjau dari isi alat ukur tersebut. Artinya, isi alat ukur diperkirakan sesuai dengan apa yang telah diajarkan berdasarkan kurikulum. Gronlund (1985) menyarankan agar penyusunan alat ukur mengikuti prosedur ; 1) mengidentifikasi pokok bahasan dan tingkat kemampuan bahasa yang diukur secara terinci, 2) membuat kisi-kisi dan sebaran pertanyaan secara lenngkap dan rinci, 3) menentukan dan menulis butir-butir soal alat ukur dengan berpijak pada kisi-kisi.
      2.      Validitas Konstruk,  berkaitan dengan konstruksi atau konsep bidang ilmu yang akan diuji validitas alat ukurnya. Validitas ini merujuk pada kesesuaian antara hasil alat ukur dengan kemampuan yang ingin diukur. Validitas konstruk dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan memasangkan butir-butir soal dengan tujuan tertentu untuk mengungkap tingkat aspek kognitif tertentu pula.
      3.      Validitas Ukuran, menunjuk pada seberapa jauh siswa yang sudah diajar dalam bidang Bahasa Indonesia menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi daripada yang belum diajar. Validitas ukur dapat diuji dengan cara, ada dua kelompok yang akan diuji. Kelompok pertama telah diajarkan materi yang dialat ukurkan, sedangkan kelompok kedua belum diajarkan materi itu. Perbedaan nilai rata-rata akan terlihat bila kedua kelompok tersebut diuji menggunakan teknik t-tes. Teknik ini untuk mengetahui signifikan perbedaan nilai rata-rata tersebut.
      4.      Validitas Sejalan, menunjuk pada pengertian apakah tingkat kemampuan seorang pada suatu bidang yang diteskan mencerminkan atau sesuai dengan skor bidang yang lain yang mempunyai persamaan karakteristik. Contoh, akan diuji validitas sejalan tes penguasaan kosakata secara aktif reseptif. Hasil tes penguasaan kosakata tersebut kemudian dikorelasikan dengan nilai tes menulis yang telah diperoleh sebelumnya. Tinggi rendahnya koefisien korelasi yang diperoleh dari perhitungan tersebut akan menentukan tinggi rendahnya tingkat validitas sejalan penguasaan kosakata yang diuji.
      5.      Validitas Ramalan, artinya ketepatan alat ukur diitinjau dari kemampuan alat ukur tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapai kemudian. Validitas ramalan baru dapat dilakukan pada masa mendatang setelah jangka waktu tertentu. Cara yang digunakan untuk menilai tinggi rendahnya validitas ramalan adalah dengan mencari korelasi antara skor-skor yang dicapai oleh siswa dalam alat ukur tersebut dengan skor-skor yang dicapainya kemudian. Apabila koefisien cukup tinggi, berarti alat ukur tersebut tinggi. Sebaliknya, jika koefisiennya rendah, maka validitas ramalan alat ukurnya rendah.
      6.      Validitas Butir Soal, suatu tes dikatakan valid dan validnya itu menyangkut alat tes secara keseluruhan, belum tentu untuk semua butir soalnya. Oleh karena itu, suatu tes masih perlu dilihat validitas untuk setiap butir tesnya. Untuk menguji validitas butir soal, perlu dilakukan analisis butir soal terlebih dahulu. Analisis butir soal adalah analisis jawaban siswa terhadap butir-butir soal tes yang diuji validitasnya.


Wahyuni Sri dan Abd. Syukur. 2014. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Refika Aditama.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DRAMA INDONESIA KONTEMPORER

STRUKTUR PERCAKAPAN DAN STRUKTUR REFERENSI

APRESIASI NASKAH DRAMA “BUNGA RUMAH MAKAN” KARYA UTUY T. SONTANI