PENGOLAHAN SKOR MENTAH DALAM KEGIATAN ASESMEN PEMBELAJARAN BAHASA
Pengolahan Skor Mentah dalam Kegiatan Asesmen Pembelajaran Bahasa
Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran BI
Semester 6
Dosen Pengampu :
M.Bayu
Firmasyah, M.Pd
Disusun oleh
:
APRILLIA CAESAR A.L (17188201050)
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Pedagogi dan Psikologi
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA
2020
Mengolah skor hasil tes dalam kegiatan belajar termasuk ke dalam
penilaian hasil belajar Bahasa dan Sastra Indonesia. Mengolah skor, artinya
melakukan kegiatan mengonversi skor hasil tes yang masih disebut dengan skor
mentah, menjadi nilai jadi yang diperlukan untuk memutuskan lulus atau tidaknya
siswa serta baik atau tidaknya nilai siswa.
Penilaian bertujuan untuk mengetahui
perkembangan hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Hasil belajar ini
untuk menjawab pertanyaan “Apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan
siswa?”. Hasil belajar siswa digunakan untuk memotivasi siswa dan untuk
perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru.
Penilaian berangkat
dari suatu pengukuran. Oleh karena itu, untuk memberikan arti pada suatau hasil
pengukuran, perlu adanya “penilaian”.
Penilaian dapat diartikan sebagai suatu proses membandingkan hasil pengukuran
dengan patokan atau kriteria atau norma tertentu. Penilaian akan memberikan
jawaban terhadap pertanyaan what value.
Oleh karena itu hasil penilaian berupa keputusan-keputusan seperti baik-tidak
baik, naik-tidak naik, lulus-tidak lulus.
Ada dua macam
acuan penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2006. yakni ;
1.
Penilaian
Acuan Patokan (PAP)
PAP merupakan penilaian yang
dilakukan dengan cara membandingkan skor hasil tes siswa dengan suatu patokan
yang telah ditetapkan, yang akan dijadikan standar kelulusan atau pemberian nilai
tertentu. PAP bersifat tetap dan dapat dipakai untuk siswa mana pun. Karena,
patokannya yang bersifat tetap maka standar penilaian ini disebut juga standar
mutlak.
PAP dapat digunakan apabila
dasar pemikiran yang digunakan untuk menyelenggarakan pemdidikan adalah asumsi pedagogic.
Hal ini berarti seorang pendidik harus dapat memacu peserta didik yang berprestasi
dan membantu yang lemah. Tetapi apabila banyak yang gagal, tentu bersumber dari
salah satu asumsi yaitu pendidik yang kurang dalam pemberian dorongan belajar,
atau motivasi belajar peserta didik kurang atau bahkan ada kemungkinan materi
pelajaran yang tidak terjangkau atau juga bisa metode pengajarannya yang tidak
tepat.
Patokan yang dipakai sebagai pembanding hasil belajar
dapat berupa “presentase penguasaan materi pelajaran” yang dinyatakan dengan
jelas. Semakin ‘mudah’ suatu bahan, maka presentasenya semakin tinggi. Namun jika
semakin ‘sulit’ suatu bahan maka presentasenya semakin rendah.
2.
Penilaian
Acuan Norma (PAN)
Penilaian ini memandang bahwa kemampuan orang itu
berbeda dan dapat digambarkan menurut distribusi normal. Acuan ini tepatnya
digunakan pada tes seleksi. Sesuai dengan tujuannya tes seleksi digunakan untuk
membedakan kemampuan orang. PAN adalah suatu norma yang disusun secara rekatif
berdasarkan distribusi skor yang dicapai oleh para pengikut dalam suatu tes. Penilaian
ini dapat digunakan apabila pendidik menghadapi kurikulum yang bersifat
dinamis. Artinya, materi pelajaran yang dikembangkan selalu berubah sesuai
dengan tuntutan zaman, sehingga pendidik sulit menetapkan kriteria “benar” dan “salah”
secara kaku.
Penilaian Acuan Patokan sangat
bermanfaat dalam upaya meningkatkan hasil belajar, sebab siswa diusahakan untuk
mencapai standar yang telah ditentukan. Dan hasil belajar siswa dapat diketahui
derajat pencapaiannya. Sedangkan pada Penilaian Acuan Norma, keberhasilan siswa
ditentukan oleh kelompoknya.
Komentar
Posting Komentar