ANALISIS BUTIR SOAL DALAM ASESMEN BAHASA
ANALISIS BUTIR SOAL
DALAM ASESMEN BAHASA
Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran BI
Semester 6
Dosen Pengampu :
M.Bayu
Firmasyah, M.Pd
Disusun oleh
:
1. Niyas
Naeni (17188201039)
2. Mukhamad
Agus (17188201048)
3. Aprillia
Caesar A.L (17188201050)
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA
PASURUAN
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Analisis butir
soal dalam Asesmen Bahasa.
Makalah ini telah kami susun sehingga pembuatan makalah ini
berjalan dengan lancar. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga
makalah tentang Analisis butur soal dalam Asesmen Bahasa ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca. Dan juga untuk mempersiapkan tenaga pendidk dalam mengelola
nilai dan menyususn asesmen.
Pasuruan, 20 Mei 2020
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
Bab II Pembahasan
2.1 Tujuan Analisis Butir Soal
2.2 Analisis Tingkat Kesulitan
2.3 Analisis Daya Pembeda
2.4 Analisis Pengecoh
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Didunia pendidikan penilaian merupakan bagian yang tidak dapat
terpisahkan dari proses belajar mengajar. Sistem penilaian yang baik dapat
mendorong guru dalam menggunakan strategi mengajar lebih baik dan dapat
memotivasi anak untuk belajar lebih giat. Dalam proses pembelajaran ada yang
dinamakan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan
yang tak terpisahkan dan sama pentingnya dengan proses pembelajaran.
Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan makna. Artinya, guru tidak
akan memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan, tingkat
penguasaan materi belajar, kekuatan, kelemahan siswa dalam belajar, serta
kekuatan sampai kelemahan guru dalam proses belajar yang dikembangkan.
Alat pengukur merupakan komponen penting
dalam mencapai keberhasilan kegiatan pembelajaran. Artinya, alat ukur digunakan
sebagai tes hasil belajar yang mana terdapat kumpulan butir-butir soal. Akan
tetapi alat yang digunakan untuk mengukur juga harus dibuat sedemikian rupa.
Oleh karena itu beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat soal
dengan baik dan benar. Caranya, yaitu dengan mengukur tingkat kesukaran soal,
daya pembeda soal, dan soal pengecoh. Tingkat kesukaran soal digunakan untuk
mengetahui tingkat kesulitan soal (apakah soal tersebut tergolong mudah atau
tidak). Daya pembeda soal digunakan untuk membedakan kelompok yang berkemampuan
tinggi dan yang berkemampuan rendah. Sedangkan soal pengecoh digunakan untuk
melihat perbedaan frekuensi jawaban antara siswa kelompok atas dan siswa
kelompok bawah.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
tujuan dari analisis butir soal?
2.
Bagaimana
menganalisis tingkat kesulitan soal?
3.
Bagaimana
menganalisis daya pembeda soal?
4.
Bagaimana
menganalisis soal pengecoh?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mendeskripskan tujuan analisis butir soal.
2.
Untuk
mendeskripsukan analisis tingkat kesulitan soal.
3.
Untuk
mendeskripsikan daya pembeda soal.
4.
Untuk
mendesktipsikan analisis pengecoh.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Analisis Butir Soal
Tujuan Analisis butir sosial tes adalah untuk mengungkapkan ciri-ciri,
mutu butir tes, serta hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan, penyusunan,
dan penggunaan tes yang telah baik dan perlu dipertahankan. Sedangkan
Kekurangannya diperbaiki pada penyelenggaraan tes berikutnya.
Dengan analisis butir ini, dapat
diungkapkan ciri-ciri pokoknya, terutama tingkat kesulitan dan daya beda
butir-butirnya, dan ciri lain seperti validitas dan reliabilitas. Menurut
Arikunto (1999:205), faedah mengadakan analisis butir soal adalah:
1. Dapat diidentifikasi butir-butir soal yang jelek
2. Dapat diperoleh informasi yang akan dapat digunakan
untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut
3. Dapat diperoleh gambaran secara selintas tentang
keadaan tes yang kita susun.
Sedangkan menurut Tuckman (dalam Nurgiyantoro,
2001) adalah membuat tiap-tiap butir soal konsisten dengan keseluruhan tes dan
menilai efektivitas tes sebagai alat pengukur. Dengan dilakukannya analisis
butir, mak dapat digunakan:
1) Untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan butir tes, sehingga dapat dilakukan seleksi
dan revisi butir soal
2) Untuk
tersedianya informasi tentang spesifikasi butir soal secara lengkap, sehingga
akan lebih memudahkan bagi guru menyusun perangkat soal yang akan memenuhi
kebutuhan ujian dalam bidang dan tingkat tertentu
3) Untuk
segera dapat diketahui masalah yang terkandung dalam butir soal seperti
kemenduaan butir soal, kesalahan
meletakkan kunci jawaban, soal yang terlalu sukar atau mudah, atau soal yang tidak dapat membedakan antara
siswa yang mempersiapkan diri secara baik atau tidak dalam menghadapi tes
4) Untuk
dijadikan alat guna menilai butir sosial yang akan disimpan dalam kumpulan soal
atau bank soal
5) Untuk
memperoleh informasi tentang butir soal sehingga memungkinkan untuk menyusun
beberapa soal yang paralel.
Lebih jauh lagi,
Silverius (1991: 176-177) mengemukakan tentang fungsi diadakannya
analisis soal sebagai berikut:
a. menentukan
apakah butir soal berfungsi tepat seperti yang dimaksudkan oleh guru
b. umpan
balik bagi siswa mengenai penampilannya dan merupakan dasar untuk diskusi kelompok
c. umpan
balik bagi guru tentang kesulitan
belajar siswa
d. bidang-bidang
kurikulum yang memerlukan perhatian
e. perbaikan
butir soal
f. meningkatkan
keterampilan penulisan sosial
2.2 Analisis Tingkat
Kesulitan
Analisis
Tingkat Kesulitan (TK) secara umum menjelaskan apakah suatu tes tergolong
terlalu mudah, sedang, sulit, atau terlalu sulit. Tingkat kesulitan merupakan perbandingan
antara jumlah jawaban benar yang dapat diberikan oleh siswa dengan jumlah
seluruh peserta tes. Semakin besar jumlah peserta tes yang mampu menjawab suatu
butir tes yang benar, semakin mudah pula butir tes yang bersangkutan. Demikian sebaliknya.
Ada
beberapa pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori mudah,
sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni
jumlah soal sama untuk ketiga kategori. Artinya, soal mudah, sedang dan sulit
jumlahnya seimbang. Pertimbangan kedua proporsi jumlah soal untuk ketiga
kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Artinya, sebagian lagi termasuk
kedalam kategori mudah dan sukar dengan proporsi seimbang.
Tingkat
kesulitan soal adalah peluang untung menjawab benar suatu soal pada tingkat
kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat
kesulitan ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besar berkisar
0,00-1,00. Semakin besar indeks tingkat kesulitan yang diperikeh dari hasil
hitungan berarti semakin mudah soal itu.
Suatu soal memiliki tingkat kesulitan = 0,00 artinya bahwa tidak ada
siswa yang menjawab benar, dan bila memiliki tingkat kesulitan = 1,00 artinya
siswa menjawab benar. Perhitungan indeks tingat kesulitan ini dilakukan untuk
setiap nomor soal yang bersangkutan.
Tingkat
kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan
bagi pengujian serta pengajaran. Kegunaan bagi guru :
a. Sebagai pengenalan
konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang
hasil belajar mereka.
b. Memperoleh informasi
tentang penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang biasa.
Kegunaan
bagi pengujian dan pengajaran adalah :
a.
Pengenalan konsep yang
diperlukan untuk diajarkan ulang.
b.
Tanda-tanda terhadap
kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah.
c.
Memberi masukan kepada
siswa.
d.
Tanda-tanda kemungkinan
adanya butir soal yang sama.
Untuk
menghitung taraf kesulitan soal dari suatu tes dapat menggunakan rumus sebagai
berikut :

T
Keterangan :
TK = Tingkat kesulitan
U = Jumlah siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) yang
menjawab benar
untuk
tiap soal
L = Jumlah siswa yang termasuk kurang (lower group) yang menjawab
benar untuk tiap
soal
T = Jumlah siswa dari kelompok pandai dan
kelompok kurang pandai
Misalkan suatu tes terdapat 40 siswa. Setiap
soal dianalisis taraf kesulitannya, dimulai dari menyusun hasil tes kedalam
peringkat, kemudian kita ambil 25% (10 lembar jawaban siswa kelompok pandai,
dan 10 lembar jawaban siswa kelompok kurang pandai). Kemudian ditabulasikan. Misalkan
dari tabulasi soal tersebut terdapat 9 siswa dengan jawaban benar dari kelompok
pandai, dan 4 siswa menjawab benar dari kelompok kurang pandai. Dengan ini kita
dapat menggunakan rumus diatas:

T

20
=
0,65 atau 65%
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari
TK atau tingkat kesulitan adalah 65%.
2.3
Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda atau
tingkat diskriminasi adalah ciri butir tes yang digunakan untuk membedakan
peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum
atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Dasar dan acuan
pertimbangannya adalah logika bahwa peserta tes dari kelompok atas seharusnya
dapat menjawab dengan benar yang lebih banyak daripada kelompok bawah. Semakin
tinggi daya pembeda suatu butir tes, maka semakin tinggi pula kemampuannya untuk
membedakan peserta yang pandai daripada yang kurang pandai.
Angka
yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Seperti
halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara
0,00 sampai 1,00. Bedanya, hanya terletak pada tanda negatif. Indeks
kesukaraan tidak mengenal tanda negatif
(-) tapi indeks diskriminasi terdapat tanda negatif. Daya pembeda suatu soal
tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

½ T
Keterangan :
DP = Indeks DP atau daya pembeda yang dicari.
U =
Jumlah siswa yang termasuik dalam kelompok pandai yang mampu menjawab
benar untuk tiap soal.
L =
Jumlah siswa yang termasuk kurang mampu dalam menjawab benar untuk tiap soal.
T =
Jumlah siswa keseluruhan
Daya pembeda itu dapat dilihat
melalui besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Angka indeks
diskriminasi item adalah sebuah angka yang menunjukkan besar kecilnya daya
pembeda yang dimiliki oleh sebutir item. Dalam hal ini, jika sebutir item
memiliki angka indeks diskriminasi item dengan tanda positif, maka hal tersebut
menunjukkan bahwa butir item tersebut telah memiliki daya pembeda. Artinya,
bahwa siswa yang termasuk kategori pandai lebih banyak menjawab dengan betul
terhadap butir item yang bersangkutan, sedangkan siswa yang termasuk kategori
kurang pandai/tidak pandai lebih banyak menjawab salah.
Jika
sebutir item angka indeks diskriminasinya = 0,00 (nihil), maka hal tersebut
menunjukkan bahwa butir item yang bersangkutan tidak memiliki daya pembeda sama
sekali. Artinya, jumlah kelompok atas yang jawabannya betul (atau salah) sama
dengan jumlah siswa kelompok bawah yag jawabannya betul. Jadi diantara dua
kelompok tersebut tidak ada perbedannya sama sekali. Lain halnya jika, angka
indeks diskriminasi item dari sebutir item bertanda negatif, maka butir item
yang bersangkutan lebih banyak dijawab betul oleh sisa kelompok bawah ketimbang
siswa kelompok atas.
Hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus diatas dapat menggambarkan antar peserta
didik yang sudah memahami materi yang diujikan dengan peserta didik yang
belum/tidak memahami materi yang diujikan. Bisa dilihat klasifikasinya antara
lain ;
Besarnya angka indeks
diskriminasi item
(D)
|
Klasifikasi
|
Interpretasi
|
Kurang dari 0,20
|
Poor (jelek)
|
Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya lemah sekali, dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik
|
0,20 - 0,240
|
Satisfactory (cukup)
|
Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang cukup (sedang)
|
0,40 – 0,70
|
Good (baik)
|
Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang baik
|
0,70 – 1,00
|
Excellent (sangat baik)
|
Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang baik sekali
|
Bertanda negatif
|
-
|
Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya negatif (jelek sekali)
|
Setelah indeks daya pembeda
diketahui, maka harga tersebut di interpretasikan pada kriteria daya pembeda
sesuai dengan tabel tesebut. Adapun manfaat daya pembeda butir soal yakni :
a.
Untuk meningkatkan mutu
setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda
setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik, direvisi atau
ditolak.
b. Untuk
mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendetesi kemampuan siswa,
yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru.
Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu, maka
butir soal tersebut harus dicurigai. Kemungkinannya bisa saja terlihat pada :
-
Kunci jawaban butir soal
itu tidak tepat.
-
Butir soal itu memiliki 2
atau lebih kunci jawaban yang benar.
-
Kompetensi yang diukur
tidak jelas.
-
Pengecoh tidak berfungsi.
-
Materi yang ditanyakan
terlalu sulit, sehingga banyak siswa yang menebak.
-
Sebagian besar siswa yang
memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang salah informasi dalam butir
soalnya.
Dalam menganalisis daya pembeda dapat
ditempuh melalui langkah-langkah berikut :
(1)
Mengurutkan skor yang
diperoleh peserta tes dari skor tertinggi sampai dengan skor terendah.
(2) Menetapkan
sebanyak 27,5% dari jumlah peserta tes dengan perolehan skor tinggi (disebut
kelompok atas); 27,5% peserta tes dengan skor rendah (disebut kelompok bawah);
sisanya disebut dengan kelompok tengah. Langkah ini dilakukan jika jumlah
peserta tes relatif besar; tetapi jika hanya sedikit, cukup dibedakan atas kelompok
atas dan kelompok bawah saja.
(3)
Menganalisis jawaban
benar atau salah per butir soal per peserya tes. Analisis ini hanya dilakukan
terhadpa jawaban peserya tes kelompok atas dan kelompok bawah.
Adapun cara menghitung daya pembeda
yang harus ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut :
-
Memeriksa jawabn soal
semua siswa peserta tes.
-
Membuat daftar peringkat
atau rutan hasil tes berdasarkan skor yang dicapainya.
-
Menentukan jumlah siswa
kelompok atas dan kelompok bawah.
-
Menghitung selisih
tingkat kesukaran menjawab soal antara kelompok atas dan kelompok bawah.
-
Membandingkan nilai
selisih yang diperoleh
-
Menentukan ada tidaknya
daya pembeda pada setiap nomor soal dengan kriteria “memiliki daya pembeda”.
Contoh soal :
Dari hasil tes lomba olimpiade IPS,
jumlah siswa yang dites ada 40 siswa, sedangkan tes tersebut terdiri dari 20
soal. Setela tes tersebut diperiksa, kemudian disusun kedalam peringkat untuk
menentukan 25% siswa yang termasuk kelompok pandai, dan 25% siswa yang termasuk
kelompok kurang pandai.
Kemudian hasil tersebut ditabulasikan
dengan menggunakan format tabulasi jawaban tes, kemudian hasil tabulais dari
kedua kelompok tersebut dimasukkan kedalam format analisis soal tes, sehingga
kita dapat menghitung tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap soal yang kita
analisis.
Misalkan tabulasi nomor 1 kita
peroleh hasil sebagai berikut :
Yang menjawab benar dari kelompok
pandai ada 10 siswa, dan yang menjawab benar dari kelompok kurang pandai ada 9
siswa. Maka daya pembedanya adalah :

½ T

½ ˣ (20)

10
=
0,10
Jadi, dapat disimpulkan indeks
pembedanya adalah 0,10
2.4
Analisis Pengecoh (Efektifitas
Distraktor )
Instrumen evaluasi yang berbentuk
tes dan objektif, selain harus memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan
terdahulu, harus mempunyai distraktor yang efektif. Yang disebut dengan
distraktor atau pengecoh adalah opsi-opsi yang bukan merupakan kunci jawaban
(jawaban benar). Pengecoh yang baik adalah yang dapat dihindari oleh anak –
anak yang pandai dan terpilih oleh anak – anak yang kurang pandai, jangan
sampai erjadi sebaliknya. Disamping itu, semua alternatif jawaban yang
disediakan harus ada siswa yang memilihnya. Untuk mengetahui efektivitas
alternatif jawaban, adanya penyimpangan, perlu dilakukan kegiatan analisis
pengecoh, karena dari kegiatan inilah akan diketahui sebaran atau distribusi
frekuensi jawaban.
Langkah
– langkah yang harus ditempuh untuk melakukan analisis pengecoh adalah:
1)
Mengurutkan skor yang diperoleh peserta tes dari skor tertinggi sampai dengan
skor rendah.
2)
Menetapkan sebanyak 27,5% dari jumlah peserta tes dengan perolehan skor tinggi
(disebut kelompok atas); 27,5% peserta tes dengan skor rendah (disebut kelompok
bawah); dan sisanya disebut dengan kelompok tengah. Langkah ini dilakukan jika
jumlah peserta tes relatif besar; tetapi jika hanya sedikit, cukuo dibedakan
atas kelompok atas dan kelompok bawah saja.
3)
Menghitung pilihan terhadap alternatif – alternatif jawaban semua butir soal
untuk seluruh siswa dalam dua kelompok, sehingga diperoleh data – data sebaran
distribusi frekuensi jawaban siswa dalam dua kelompok.
4) Melakukan anlisis pengecoh
butir soal, dengan melihat dan membandingkan jumlah jawaban pada pengecoh
antara kelompok atas dengan kelompok bawah.
Pengecoh yang baik paling tidak harus terpilih ole sedikitnya 2% siswa.
Alternatif – alternatif jawaban yang merupakan pengecoh, kelompok bawah harus
memilih lebih banyak daripada kelompok atas.
Butir soal yang baik pengecohnya
akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya,
butir soal yang kurang baik, pengecohnya akan dipilih secara tidak merata.
Pengecoh dianggap baik bila jumlah peserta didik yang memilih pengecoh itu sama
atau mendekati jumlah ideal.
Contoh hasil analisis
pengecoh terhadap sebuah tes membaca yang dibuat oleh guru :
Nomor Butir Soal
|
Kelompok
Atas
|
Kelompok
Bawah
|
Keterangan
|
||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
A
|
B
|
C
|
D
|
||
1.
|
(15)
|
4*
|
6
|
-
|
(6)
|
4*
|
10
|
5
|
Alternatif b perlu direvisis karena kel. Atas sama dengan kel.
bawah.
Alternatif a perlu direvisi karen tidak ada yang memilih.
|
2.
|
_*
|
8
|
5
|
(12)
|
_*
|
10
|
12
|
(3)
|
Sebaran pemilihan alternatif jawaban baik.
|
3.
|
7
|
2
|
(9)
|
7
|
8
|
4
|
(5)
|
8
|
Alternatif jawaban b perlu direvisi karena kel.atas memilih lebih banyak daripada
kel. bawah.
|
4.
|
(11)
|
5*
|
3
|
6
|
(10)
|
3*
|
5
|
7
|
Sebaran pemilihan alternatif jawaban baik.
|
5.
|
4
|
(18)
|
-
|
3
|
5
|
(9)
|
6
|
5
|
Keterangan :
A, B, C,
D = Alternatif jawaban (option) yang disediakan
( ) = Alternatif jawaban benar
* =
Pengecoh yang tidak memenuhi syarat dan harus direvisi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang
memberikan informasi-informasi terhadap butir tes yang akan kita susun.
Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item
soal tergolong kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis item soal dapat
dilakukan untuk tes objektif. Dengan melakukan analisis butir soal setidaknya
kita dapat mengetahui tentang taraf kesukaran setiap soal, apakah setiap sial
memiliki daya pembeda yang baik?, dan juga kita bisa melihat soal-soal pengecoh
yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.
Cara
menghitung tingkat kesukaran dapat menggunakan rumus;

T
Cara
mengitung daya pembeda soal dapat menggunakan rumus :

½ T
Sedangkan
soal pengecoh digunakan untuk melihat perbedaan frekuensi jawaban antara siswa
kelompok atas dan siswa kelompok bawah.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat bermanfaat, dan bukan hanya
sekedar dijadikan tugas mata kulaih semata saja. Namun sekirannya, orang-orang
maupun pembaca dapat belajar banyak mengenai materi dalam menganalis butir
soal. Seperti menghitung tingkat kesulita, menghitung daya pembeda, dan
memahami analisis soal pengecoh.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni, S dan Prof. Ibrahim, S.
2014. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: Refika Aditama.
Burhan,
Nurgiyanto. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Suke,
Silverus. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT Grasindo.
https://arifanurayublogaddres.blogspot.com/2016/10/makalah-menghitung-tingkat-kesukaran.html?m=1
diakses pada tanggal 20 Mei 2020 pukul 04:55
https://riskangeblog.blogspot.com/2015/05/analisis-butir-soal.html?m=1
diakses pada tanggal 20 Mei 2020 pukul 05:17
Komentar
Posting Komentar