ANALISIS BUTIR SOAL DALAM ASESMEN BAHASA


ANALISIS BUTIR SOAL DALAM ASESMEN BAHASA

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran BI

Semester 6

Dosen Pengampu :
M.Bayu Firmasyah, M.Pd



Disusun oleh :

1. Niyas Naeni                         (17188201039)
2. Mukhamad Agus                (17188201048)
3. Aprillia Caesar A.L            (17188201050)



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA
PASURUAN
2020



KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Analisis butir soal dalam Asesmen Bahasa.
Makalah ini telah kami susun sehingga pembuatan makalah ini berjalan dengan lancar. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Analisis butur soal dalam Asesmen Bahasa ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. Dan juga untuk  mempersiapkan tenaga pendidk dalam mengelola nilai dan menyususn asesmen.



                                                                                                Pasuruan,  20 Mei 2020
                                   

                                                                    Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I   Pendahuluan
            1.1 Latar Belakang
            1.2 Rumusan Masalah
            1.3 Tujuan Penulisan
Bab II Pembahasan
            2.1 Tujuan Analisis Butir Soal
            2.2 Analisis Tingkat Kesulitan
            2.3 Analisis Daya Pembeda
            2.4 Analisis Pengecoh
Bab III Penutup
            3.1 Kesimpulan
            3.2 Saran

Daftar Pustaka



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Didunia pendidikan penilaian merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses belajar mengajar. Sistem penilaian yang baik dapat mendorong guru dalam menggunakan strategi mengajar lebih baik dan dapat memotivasi anak untuk belajar lebih giat. Dalam proses pembelajaran ada yang dinamakan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dan sama pentingnya dengan proses pembelajaran. Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan makna. Artinya, guru tidak akan memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan, tingkat penguasaan materi belajar, kekuatan, kelemahan siswa dalam belajar, serta kekuatan sampai kelemahan guru dalam proses belajar yang dikembangkan.
            Alat pengukur merupakan komponen penting dalam mencapai keberhasilan kegiatan pembelajaran. Artinya, alat ukur digunakan sebagai tes hasil belajar yang mana terdapat kumpulan butir-butir soal. Akan tetapi alat yang digunakan untuk mengukur juga harus dibuat sedemikian rupa. Oleh karena itu beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat soal dengan baik dan benar. Caranya, yaitu dengan mengukur tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal, dan soal pengecoh. Tingkat kesukaran soal digunakan untuk mengetahui tingkat kesulitan soal (apakah soal tersebut tergolong mudah atau tidak). Daya pembeda soal digunakan untuk membedakan kelompok yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah. Sedangkan soal pengecoh digunakan untuk melihat perbedaan frekuensi jawaban antara siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah.

1.2 Rumusan Masalah
      1.      Bagaimana tujuan dari analisis butir soal?
      2.      Bagaimana menganalisis tingkat kesulitan soal?
      3.      Bagaimana menganalisis daya pembeda soal?
      4.      Bagaimana menganalisis soal pengecoh?

1.3 Tujuan  Penulisan
       1.      Untuk mendeskripskan tujuan analisis butir soal.
       2.      Untuk mendeskripsukan analisis tingkat kesulitan soal.
       3.      Untuk mendeskripsikan daya pembeda soal.
       4.      Untuk mendesktipsikan analisis pengecoh.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Analisis Butir Soal
Tujuan Analisis butir sosial tes adalah untuk mengungkapkan ciri-ciri, mutu butir tes, serta hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan, penyusunan, dan penggunaan tes yang telah baik dan perlu dipertahankan. Sedangkan Kekurangannya diperbaiki pada penyelenggaraan tes berikutnya. Dengan analisis butir ini,  dapat diungkapkan ciri-ciri pokoknya, terutama tingkat kesulitan dan daya beda butir-butirnya, dan ciri lain seperti validitas dan reliabilitas. Menurut Arikunto (1999:205), faedah mengadakan analisis butir soal adalah:
      1.      Dapat diidentifikasi butir-butir soal yang jelek
    2.    Dapat diperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut
      3.      Dapat diperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan tes yang kita susun.
Sedangkan menurut Tuckman (dalam Nurgiyantoro, 2001) adalah membuat tiap-tiap butir soal konsisten dengan keseluruhan tes dan menilai efektivitas tes sebagai alat pengukur. Dengan dilakukannya analisis butir,  mak dapat digunakan:
1) Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan butir tes, sehingga dapat dilakukan seleksi dan revisi butir soal
2) Untuk tersedianya informasi tentang spesifikasi butir soal secara lengkap, sehingga akan lebih memudahkan bagi guru menyusun perangkat soal yang akan memenuhi kebutuhan ujian dalam bidang dan tingkat tertentu
3) Untuk segera dapat diketahui masalah yang terkandung dalam butir soal seperti kemenduaan butir soal,  kesalahan meletakkan kunci jawaban, soal yang terlalu sukar atau mudah,  atau soal yang tidak dapat membedakan antara siswa yang mempersiapkan diri secara baik atau tidak dalam menghadapi tes
4) Untuk dijadikan alat guna menilai butir sosial yang akan disimpan dalam kumpulan soal atau bank soal
5) Untuk memperoleh informasi tentang butir soal sehingga memungkinkan untuk menyusun beberapa soal yang paralel.
   Lebih jauh lagi,  Silverius (1991: 176-177) mengemukakan tentang fungsi diadakannya analisis soal sebagai berikut:
a. menentukan apakah butir soal berfungsi tepat seperti yang dimaksudkan oleh guru
b. umpan balik bagi siswa mengenai penampilannya dan merupakan dasar untuk diskusi kelompok
c. umpan balik bagi  guru tentang kesulitan belajar siswa
d. bidang-bidang kurikulum yang memerlukan perhatian
e. perbaikan butir soal
f. meningkatkan keterampilan penulisan sosial

2.2 Analisis Tingkat Kesulitan
  Analisis Tingkat Kesulitan (TK) secara umum menjelaskan apakah suatu tes tergolong terlalu mudah, sedang, sulit, atau terlalu sulit. Tingkat kesulitan merupakan perbandingan antara jumlah jawaban benar yang dapat diberikan oleh siswa dengan jumlah seluruh peserta tes. Semakin besar jumlah peserta tes yang mampu menjawab suatu butir tes yang benar, semakin mudah pula butir tes yang bersangkutan. Demikian sebaliknya.
      Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ketiga kategori. Artinya, soal mudah, sedang dan sulit jumlahnya seimbang. Pertimbangan kedua proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Artinya, sebagian lagi termasuk kedalam kategori mudah dan sukar dengan proporsi seimbang.
    Tingkat kesulitan soal adalah peluang untung menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesulitan ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besar berkisar 0,00-1,00. Semakin besar indeks tingkat kesulitan yang diperikeh dari hasil hitungan berarti semakin mudah soal itu.  Suatu soal memiliki tingkat kesulitan = 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar, dan bila memiliki tingkat kesulitan = 1,00 artinya siswa menjawab benar. Perhitungan indeks tingat kesulitan ini dilakukan untuk setiap nomor soal yang bersangkutan.
   Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan bagi pengujian serta pengajaran. Kegunaan bagi guru :
a. Sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka.
b. Memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang biasa.
Kegunaan bagi pengujian dan pengajaran adalah :
      a.       Pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang.
      b.      Tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah.
      c.       Memberi masukan kepada siswa.
      d.      Tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang sama.

Untuk menghitung taraf kesulitan soal dari suatu tes dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
TK = U+L
           T
Keterangan :
TK = Tingkat kesulitan
U   = Jumlah siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) yang menjawab benar
   untuk tiap soal
L    = Jumlah siswa yang termasuk kurang (lower group) yang menjawab benar untuk tiap
    soal
T    = Jumlah siswa dari kelompok pandai dan kelompok kurang pandai

Misalkan suatu tes terdapat 40 siswa. Setiap soal dianalisis taraf kesulitannya, dimulai dari menyusun hasil tes kedalam peringkat, kemudian kita ambil 25% (10 lembar jawaban siswa kelompok pandai, dan 10 lembar jawaban siswa kelompok kurang pandai). Kemudian ditabulasikan. Misalkan dari tabulasi soal tersebut terdapat 9 siswa dengan jawaban benar dari kelompok pandai, dan 4 siswa menjawab benar dari kelompok kurang pandai. Dengan ini kita dapat menggunakan rumus diatas:
TK = U+L
           T
            = 9+4
                20
            = 0,65 atau 65%

Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari TK  atau tingkat kesulitan adalah 65%.


2.3 Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda atau tingkat diskriminasi adalah ciri butir tes yang digunakan untuk membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Dasar dan acuan pertimbangannya adalah logika bahwa peserta tes dari kelompok atas seharusnya dapat menjawab dengan benar yang lebih banyak daripada kelompok bawah. Semakin tinggi daya pembeda suatu butir tes, maka semakin tinggi pula kemampuannya untuk membedakan peserta yang pandai daripada yang kurang pandai.
            Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Bedanya, hanya terletak pada tanda negatif. Indeks kesukaraan  tidak mengenal tanda negatif (-) tapi indeks diskriminasi terdapat tanda negatif. Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
DP =    U-L
½ T

Keterangan :
DP       =  Indeks DP atau daya pembeda yang dicari.
U         = Jumlah siswa yang termasuik dalam kelompok pandai yang mampu menjawab
   benar untuk tiap soal.
L          = Jumlah siswa yang termasuk kurang mampu dalam menjawab benar untuk tiap soal.
T          = Jumlah siswa keseluruhan

    Daya pembeda itu dapat dilihat melalui besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Angka indeks diskriminasi item adalah sebuah angka yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda yang dimiliki oleh sebutir item. Dalam hal ini, jika sebutir item memiliki angka indeks diskriminasi item dengan tanda positif, maka hal tersebut menunjukkan bahwa butir item tersebut telah memiliki daya pembeda. Artinya, bahwa siswa yang termasuk kategori pandai lebih banyak menjawab dengan betul terhadap butir item yang bersangkutan, sedangkan siswa yang termasuk kategori kurang pandai/tidak pandai lebih banyak menjawab salah.
    Jika sebutir item angka indeks diskriminasinya = 0,00 (nihil), maka hal tersebut menunjukkan bahwa butir item yang bersangkutan tidak memiliki daya pembeda sama sekali. Artinya, jumlah kelompok atas yang jawabannya betul (atau salah) sama dengan jumlah siswa kelompok bawah yag jawabannya betul. Jadi diantara dua kelompok tersebut tidak ada perbedannya sama sekali. Lain halnya jika, angka indeks diskriminasi item dari sebutir item bertanda negatif, maka butir item yang bersangkutan lebih banyak dijawab betul oleh sisa kelompok bawah ketimbang siswa kelompok atas.
         Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas dapat menggambarkan antar peserta didik yang sudah memahami materi yang diujikan dengan peserta didik yang belum/tidak memahami materi yang diujikan. Bisa dilihat klasifikasinya antara lain ;
Besarnya angka indeks diskriminasi item
(D)
Klasifikasi
Interpretasi
Kurang dari 0,20
Poor (jelek)
Butir item yang bersangkutan daya pembedanya lemah sekali, dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik
0,20 - 0,240
Satisfactory (cukup)
Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang cukup (sedang)
0,40 – 0,70
Good (baik)
Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik
0,70 – 1,00
Excellent (sangat baik)
Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik sekali
Bertanda negatif
-
Butir item yang bersangkutan daya pembedanya negatif (jelek sekali)


Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut di interpretasikan pada kriteria daya pembeda sesuai dengan tabel tesebut. Adapun manfaat daya pembeda butir soal yakni :
     a.       Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik, direvisi atau ditolak.
      b.      Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendetesi kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu, maka butir soal tersebut harus dicurigai. Kemungkinannya bisa saja terlihat pada :
-          Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.
-          Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar.
-          Kompetensi yang diukur tidak jelas.
-          Pengecoh tidak berfungsi.
-          Materi yang ditanyakan terlalu sulit, sehingga banyak siswa yang menebak.
-          Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang salah informasi dalam butir soalnya.

Dalam menganalisis daya pembeda dapat ditempuh melalui langkah-langkah berikut :
      (1)   Mengurutkan skor yang diperoleh peserta tes dari skor tertinggi sampai dengan skor terendah.
   (2)   Menetapkan sebanyak 27,5% dari jumlah peserta tes dengan perolehan skor tinggi (disebut kelompok atas); 27,5% peserta tes dengan skor rendah (disebut kelompok bawah); sisanya disebut dengan kelompok tengah. Langkah ini dilakukan jika jumlah peserta tes relatif besar; tetapi jika hanya sedikit, cukup dibedakan atas kelompok atas dan kelompok bawah saja.
     (3)   Menganalisis jawaban benar atau salah per butir soal per peserya tes. Analisis ini hanya dilakukan terhadpa jawaban peserya tes kelompok atas dan kelompok bawah.

Adapun cara menghitung daya pembeda yang harus ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut :
-          Memeriksa jawabn soal semua siswa peserta tes.
-          Membuat daftar peringkat atau rutan hasil tes berdasarkan skor yang dicapainya.
-          Menentukan jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah.
-          Menghitung selisih tingkat kesukaran menjawab soal antara kelompok atas dan kelompok bawah.
-          Membandingkan nilai selisih yang diperoleh
-          Menentukan ada tidaknya daya pembeda pada setiap nomor soal dengan kriteria “memiliki daya pembeda”.
Contoh soal :
Dari hasil tes lomba olimpiade IPS, jumlah siswa yang dites ada 40 siswa, sedangkan tes tersebut terdiri dari 20 soal. Setela tes tersebut diperiksa, kemudian disusun kedalam peringkat untuk menentukan 25% siswa yang termasuk kelompok pandai, dan 25% siswa yang termasuk kelompok kurang pandai.

Kemudian hasil tersebut ditabulasikan dengan menggunakan format tabulasi jawaban tes, kemudian hasil tabulais dari kedua kelompok tersebut dimasukkan kedalam format analisis soal tes, sehingga kita dapat menghitung tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap soal yang kita analisis.
Misalkan tabulasi nomor 1 kita peroleh hasil sebagai berikut :
Yang menjawab benar dari kelompok pandai ada 10 siswa, dan yang menjawab benar dari kelompok kurang pandai ada 9 siswa. Maka daya pembedanya adalah :
DP       = U-L
   ½ T

= 10 – 9
    ½ ˣ (20)
= 1
  10
            = 0,10
Jadi, dapat disimpulkan indeks pembedanya adalah 0,10


2.4 Analisis Pengecoh (Efektifitas Distraktor )
            Instrumen evaluasi yang berbentuk tes dan objektif, selain harus memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan terdahulu, harus mempunyai distraktor yang efektif. Yang disebut dengan distraktor atau pengecoh adalah opsi-opsi yang bukan merupakan kunci jawaban (jawaban benar). Pengecoh yang baik adalah yang dapat dihindari oleh anak – anak yang pandai dan terpilih oleh anak – anak yang kurang pandai, jangan sampai erjadi sebaliknya. Disamping itu, semua alternatif jawaban yang disediakan harus ada siswa yang memilihnya. Untuk mengetahui efektivitas alternatif jawaban, adanya penyimpangan, perlu dilakukan kegiatan analisis pengecoh, karena dari kegiatan inilah akan diketahui sebaran atau distribusi frekuensi jawaban.
Langkah – langkah yang harus ditempuh untuk melakukan analisis pengecoh adalah:
1) Mengurutkan skor yang diperoleh peserta tes dari skor tertinggi sampai dengan skor rendah.
2) Menetapkan sebanyak 27,5% dari jumlah peserta tes dengan perolehan skor tinggi (disebut kelompok atas); 27,5% peserta tes dengan skor rendah (disebut kelompok bawah); dan sisanya disebut dengan kelompok tengah. Langkah ini dilakukan jika jumlah peserta tes relatif besar; tetapi jika hanya sedikit, cukuo dibedakan atas kelompok atas dan kelompok bawah saja.
3) Menghitung pilihan terhadap alternatif – alternatif jawaban semua butir soal untuk seluruh siswa dalam dua kelompok, sehingga diperoleh data – data sebaran distribusi frekuensi jawaban siswa dalam dua kelompok.
4) Melakukan anlisis pengecoh butir soal, dengan melihat dan membandingkan jumlah jawaban pada pengecoh antara kelompok atas dengan kelompok bawah. Pengecoh yang baik paling tidak harus terpilih ole sedikitnya 2% siswa. Alternatif – alternatif jawaban yang merupakan pengecoh, kelompok bawah harus memilih lebih banyak daripada kelompok atas.
            Butir soal yang baik pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang baik, pengecohnya akan dipilih secara tidak merata. Pengecoh dianggap baik bila jumlah peserta didik yang memilih pengecoh itu sama atau mendekati jumlah ideal.


Contoh hasil analisis pengecoh terhadap sebuah tes membaca yang dibuat oleh guru :
Nomor Butir Soal
Kelompok Atas
Kelompok Bawah
Keterangan

A
B
C
D
A
B
C
D

1.
(15)
4*
6
-
(6)
4*
10
5
Alternatif b perlu direvisis karena kel. Atas sama dengan kel. bawah.
Alternatif a perlu direvisi karen tidak ada yang memilih.
2.
_*
8
5
(12)
_*
10
12
(3)
Sebaran pemilihan alternatif jawaban baik.
3.
7
2
(9)
7
8
4
(5)
8
Alternatif jawaban b perlu direvisi karena kel.atas memilih lebih banyak daripada kel. bawah.
4.
(11)
5*
3
6
(10)
3*
5
7
Sebaran pemilihan alternatif jawaban baik.
5.
4
(18)
-
3
5
(9)
6
5






















Keterangan :
A, B, C, D = Alternatif jawaban (option) yang disediakan
( )              = Alternatif jawaban benar
*                = Pengecoh yang tidak memenuhi syarat dan harus direvisi









BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang memberikan informasi-informasi terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal tergolong kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis item soal dapat dilakukan untuk tes objektif. Dengan melakukan analisis butir soal setidaknya kita dapat mengetahui tentang taraf kesukaran setiap soal, apakah setiap sial memiliki daya pembeda yang baik?, dan juga kita bisa melihat soal-soal pengecoh yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.
Cara menghitung tingkat kesukaran dapat menggunakan rumus;
TK = U+L
           T
Cara mengitung daya pembeda soal dapat menggunakan rumus :
DP =    U-L
½ T

Sedangkan soal pengecoh digunakan untuk melihat perbedaan frekuensi jawaban antara siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah.


3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat bermanfaat, dan bukan hanya sekedar dijadikan tugas mata kulaih semata saja. Namun sekirannya, orang-orang maupun pembaca dapat belajar banyak mengenai materi dalam menganalis butir soal. Seperti menghitung tingkat kesulita, menghitung daya pembeda, dan memahami analisis soal pengecoh.



DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni, S dan Prof. Ibrahim, S. 2014. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: Refika Aditama.
Burhan, Nurgiyanto. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Suke, Silverus. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT Grasindo.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

DRAMA INDONESIA KONTEMPORER

STRUKTUR PERCAKAPAN DAN STRUKTUR REFERENSI

APRESIASI NASKAH DRAMA “BUNGA RUMAH MAKAN” KARYA UTUY T. SONTANI